kursor

Guilmon - Digimon

Kamis, 17 Mei 2012

Ada Apa Dengan UGD


ADA APA DENGAN UGD
Oleh A.M. Hartamto T.

Malam itu Deny sedang berada di rumah sakit untuk menunggui neneknya. Entah mengapa, malam itu hatinya begitu tak tenang sampai-sampai membuatnya tidak bisa tertidur. Sepertinya bukan kaarena memikirkan sang nenek sehingga ia tak bisa tertidur, melainkan karena merasa akan terjadi sesuatu padanya. Semua hal yang tidak jelas itu bekecamuk terus menerus dalam lamunannya.
“uhhuk…uhhukk…uhukk…” terdengar suara batuk.
Suara batuk itu menyadarkan  Deny dari lamunannya. Terlihat ibunya sedang mendekat ke arahnya. Rupa-rupanya sang ibu ingin meminta Deny untuk pergi mengambilkan obat untuk neneknya di UGD, dan tentu saja tanpa pikir panjang Deny lansung menyetujui dan beranjak dari ruangan yang penuh aroma obat-obatan itu.
Saat menyusuri koridor rumah sakit, ia menyempatkan diri melihat jam di dinding yang ternyata kini tengah menunjukan jam 12.00 tengah malam.
Sebenarnya ia merasa agak takut mengingat suasana yang amaat sunyi sekaligus mencekam di sekitarnya. Tiba-tiba ia teringat cerita ibunya yang mengaku pernah melihat penampakan, dan ia sangat yakin bahwa penampakan yang dilihatnya itu ialah salah satu mahluk gaib penghuni rumah sakit ini.
Mengingat kisah sang ibu, rasa takut Deny semakin menjadi-jadi. Ia tiba-tiba merasa seakan koridor itu terdapat banyak mata yang mengawasi tiap gerak geriknya.
Tinggal beberapa meter lagi hingga ia sampai pada pintu bertuliskan UGD itu.  Bukanya merasa lega, justru ia malah makin merinding. Ibarat sebuah game maka disinilah saat ia akan melawan boss besar dari game tersebut.
Namun semua perasaan tak jelas itu ia abaikan mengingat neneknya yang benar-benar membutuhkan obat sekarang ini. Ia semakin mempercepat langkahnya menuju ruang UGD. Ruangan berisi obat yang membuatnya harus merasakan berbagai persaan rumit nan mencekam dalam pikirannya.
Lingkaran hitam di mata Deny mengecil seketika saat melihat sesosok mahluk bergerak melewatinya. Matanya tersembunyi dibalik rambut, wajah yang begitu pucat, rambut yang panjang dan agak beterbangan oleh angin, bibir yang yersenyum menyiksa, dan aliran darah di seluruh wajah maupun pakaian putih kotornya itu.
Deny yang melihat itu tidak bisa lagi menahan tubunya. Ia terjatuh dan yang kini diandalkan nya hanyalah kedua tangannya. Darahnya mengalir dengan cepat seakan siap menyembur keluar, wajahnya benar benar dengan ekspresi ketakutan, nafasnya berat dan memburu, dan jangtugnya berdetak tidak menentu. Yang bisa ia lakukan saat ini hanya membaca ayat kursi. Setelah selesai, ia lega saat tak menemukan sosok tadi di sekitarnya.
Deny segera masuk mengambil obat dan bergegas meninggalkan tempat itu menuju ruangan neneknya. Ia lalu menyerahkan obat itu pada ibunya dan lansung merebahkan dirinya seraya mencoba mencerna apa yang baru saja menimpanya. Akankah itu hanya hayalannya yang terpengaruh oleh suasana dan imajinasinya sendiri ataukah benar-benar kenyataan. Ia pusing memikirkan itu semua. Akhirnya ia memutuskan untuk tidur dan melupakan peristiwa aneh itu.