ADA
APA DENGAN UGD
Oleh A.M. Hartamto T.

“uhhuk…uhhukk…uhukk…”
terdengar suara batuk.
Suara
batuk itu menyadarkan Deny dari
lamunannya. Terlihat ibunya sedang mendekat ke arahnya. Rupa-rupanya sang ibu
ingin meminta Deny untuk pergi mengambilkan obat untuk neneknya di UGD, dan
tentu saja tanpa pikir panjang Deny lansung menyetujui dan beranjak dari ruangan
yang penuh aroma obat-obatan itu.
Saat
menyusuri koridor rumah sakit, ia menyempatkan diri melihat jam di dinding yang
ternyata kini tengah menunjukan jam 12.00 tengah malam.
Sebenarnya
ia merasa agak takut mengingat suasana yang amaat sunyi sekaligus mencekam di
sekitarnya. Tiba-tiba ia teringat cerita ibunya yang mengaku pernah melihat
penampakan, dan ia sangat yakin bahwa penampakan yang dilihatnya itu ialah
salah satu mahluk gaib penghuni rumah sakit ini.
Mengingat
kisah sang ibu, rasa takut Deny semakin menjadi-jadi. Ia tiba-tiba merasa seakan
koridor itu terdapat banyak mata yang mengawasi tiap gerak geriknya.
Tinggal
beberapa meter lagi hingga ia sampai pada pintu bertuliskan UGD itu. Bukanya merasa lega, justru ia malah makin
merinding. Ibarat sebuah game maka
disinilah saat ia akan melawan boss
besar dari game tersebut.
Namun
semua perasaan tak jelas itu ia abaikan mengingat neneknya yang benar-benar
membutuhkan obat sekarang ini. Ia semakin mempercepat langkahnya menuju ruang
UGD. Ruangan berisi obat yang membuatnya harus merasakan berbagai persaan rumit
nan mencekam dalam pikirannya.
Lingkaran
hitam di mata Deny mengecil seketika saat melihat sesosok mahluk bergerak
melewatinya. Matanya tersembunyi dibalik rambut, wajah yang begitu pucat,
rambut yang panjang dan agak beterbangan oleh angin, bibir yang yersenyum
menyiksa, dan aliran darah di seluruh wajah maupun pakaian putih kotornya itu.
Deny
yang melihat itu tidak bisa lagi menahan tubunya. Ia terjatuh dan yang kini
diandalkan nya hanyalah kedua tangannya. Darahnya mengalir dengan cepat seakan
siap menyembur keluar, wajahnya benar benar dengan ekspresi ketakutan, nafasnya
berat dan memburu, dan jangtugnya berdetak tidak menentu. Yang bisa ia lakukan
saat ini hanya membaca ayat kursi. Setelah selesai, ia lega saat tak menemukan
sosok tadi di sekitarnya.
Deny
segera masuk mengambil obat dan bergegas meninggalkan tempat itu menuju ruangan
neneknya. Ia lalu menyerahkan obat itu pada ibunya dan lansung merebahkan
dirinya seraya mencoba mencerna apa yang baru saja menimpanya. Akankah itu
hanya hayalannya yang terpengaruh oleh suasana dan imajinasinya sendiri ataukah
benar-benar kenyataan. Ia pusing memikirkan itu semua. Akhirnya ia memutuskan
untuk tidur dan melupakan peristiwa aneh itu.