KEEP SMILE MY FRIENDS
Sebelumnya. Cerita ini tdk bermaksud menyinggung agama manapun. Ini murni fiksi dari khayalan liar penulis.
Happy reading. Keritik dan saran diterima....
_______

"Ini sudah saatnya. Maaf ya. Kau tak perlu terlalu seperti itu. Jika orang disini melihatmu mereka akan mengira kau kehilangan kekasihmu" kata sesosok mahluk dibelakangku.
" iya. Jika mereka bisa melihatku. Wajar saja kan kalau aku mengasihani diriku sendiri." Yah tidak ada lagi yang bisa melihatku. Dan makam itu terukir dengan jelas nama INDRA MUAGSYIR WIRANATA. Namaku sendiri. Aku tak lagi bersama dunia ini. " tapi. Tuan malaikat maut. Bisakah kau mengabulkan satu permohonanku ?"
________
"Akhirnya kamu sadar juga " kata seorang wanita pada kekasihnya yang baru saja operasi. Disinilah aku sekarang. Diantara orang orang ini. Meski tentu mereka tak dapat melihatku.
" terima kasih yah... Kalian semua sudah bersedia bersabar menjagaku." Kata pria yang baru saja melihat dunia dengan mata barunya. Lelaki itu. Dafah, sahabat baikku. Orang yang sudah ku anggap saudaraku. Semua kubagi dengannya. Kecuali satu...
" ini semua salahnya. Kalau saja Indra tidak memaksamu untuk menemaninya" kata kekasih dafah. Tian. Hehe, lucu sekali mendengar kata katanya. Bahkan tatapanya menunjukan kebencian yang dalam padaku. Padahal dia sudah ku anggap adikku sendiri.
" tolong jangan katakan itu." Kata sahabatku Raysa. Wajahnya pucat. Pucat sekali. Sepertinya dia yang paling terpukul akan kejadian kemarin.
Mereka berempat adalah sahabat baikku. Alasan aku dulu untuk melanjutkan hidupku. Melawan semua cobaanku. Aku berjuang hidup hanya untuk melihat mereka tertawa. Kuabdikan semua waktu semasa aku hidup dulu hanya untuk mereka.
Orang tua ? Aku sebatang kara. Aku keluar dari panti asuhan saat umurku 17 tahun. Aku bereusaha bekerja sendiri untuk hidupku. Ternyta Tuhan sayang padaku. Aku sukses dalam karirku hingga bisa melanjutkan kuliahku, membeli apartemen yang sederhana dan sebuah mobil. Tapi tentu aku tak sebahagia itu. Mengingat orang tuaku tidak meninggal, tapi aku dibuang. Hahaha, lucu sekali hidupku
" dia tidak salah Tian. Aku yang ingin menemaninya sampai kecelakaan itu menimpaku." Kata dafah mencoba membelaku.
" jangan terus membela orang itu. Aku membencinya. lebih baik aku tak pernah melihatny lagi. Sudahlah sebaiknya kita keluar dulu, supaya matamu tambah segar" kata tian. Anak itu masih saja seperti dulu. Akhirnya mereka keluar dari kamar. Tian mendorong kursi roda dafah.
"Kau tak akan pernah melihatnya lagi Tian. Meski kau ingin. Hiks..." Ku lihat Raysa menangis. Ya, hanya dialah yang mengetahui semua cerita hidupku. Diantara tiga sahabatku., dia yang paling tau. Ingin kupeluk dia rasanya. Sayang sekali aku tak bisa. Kenapa ya meski Aku hanya roh, kenapa rasanya sakit. Bukankah aku roh. Kenapa aku menagis melihat sahabatku ini.
________
2 hari setelahnya
Ku lihat ketiga sahabatku sedang bersama di rumah Tian.
Kulihat tian mengambil sebuah album. Aku kenal album itu. Album itu kuberikan sebagai hadiah ulang tahunya. Album itu berisikan foto kami berempat. Tapi saat itu ia mengambek, karena hanya kuberi album. Jadi aku langsung pergi. Aku berlari di tengah kota. Saat itu pukul 23.14 dan hujan turun dengan lebatnya. Aku tak peduli. Aku tak ingin adik kecilku yang manja itu terus merajuk. Akhirnya ku temukan sebuah hadiah yang sangat tepat. Ku ambil boneka pikacu dengan ukuran jumbo di sebuah toko boneka. Meski itu artinya bulan ini aku hanya bisa makan nasi sekali sehari tanpa lauk selama sebulan ini. Tapi aku tak peduli. Tian, adalah adik kecilku yang sangat kusayangi. Saat aku tiba di rumahnya, tinggal ayah, ibu, Tian, dan kedua sahabatku dafah dan raysa. Mereka tanpak kawatir melihatku basah kuyup. Kulihat mereka semua cemas. Inilah alasanku hidup. Hanya mereka yang mengangapku ada. Tian marah karena aku keluar hujan-hujanan. Tapi aku tak dengar karena tiba-tiba pingsan saat itu. Besoknya aku sakit. Tian meminta maaf terus. Aku hanya terkulai lemas di rumah sakit. Tian terus menangis. Hanya kekasihnya dafah yang berusaha menenangknya. Semalaman mereka bertiga merawatku.
"Dafah, kok ibu nggak pernah liat Indra lagi. Ibu rindu loh sama dia. Ibu udah anggap dia anak sendiri. Bukanya kalian biasanya bareng. Tapi kok sebulan ini dia gak ikut." Kata ibu Tian membuyarkan lamunanku. Aku juga sudah menganggap ibu sebagai ibuku sendiri. Indra sayang kok sama ibu.
" kalian ada masalah ya.. Kalau ada masalah jangan dibiarkan berlarut larut. Ayah rindu loh nonton bola sama dia. Tapi yang paking rindu pasti Tian. Kan dia yang paling manja dengan kakaknya itu. Meski bukan kandung tentunya"
" jujur sih, aku rindu sama indra. Entah. Aku terlalu emosi saat itu. Padahal udah ku anggap kakak kesayanganku." Kata Tian. Sudah hilang ternyata benci ya sama aku.
" tenang aja tante, om. Dia lagi di luar negeri. " kata dafah
" luar negeri ? Ngapain ?" Kata Ayah. Maaf ya dafah aku membohongimu.
"Tian udah nggak kesel nih.?" Kata dafah. Tian mengangguk. " jadi dulu, aku ketemu sama dia di RS. Pas aku tanya dia sakit apa, dia nggak mau jawab. Pas aku rebut hasil pemeriksaanya" wajah dafah berubah sedih. Aku rasanya tak tega pada sahabatku ini. " kanker darah" katanya lagi.
" astaga... Kanker ??" Kata ibu kaget.
" kanker dan kamu nggak ngasih tau kita ?" Teriak Tian.
" aku tau." Kata raysa. Tentu saja kau tau raysa. Kau yang paling tau.
" kalian semua tega ya." Tian melemahkan kata-katanya.
" katanya dia nggak mau ayah, ibu, sama adik kesayangannya khawatir. Karena itu, dulu aku menemaninya kerumah sakit. Kecelakaan itu malah terjadi. Aku yang memaksa ingin menemaninya. Kemarin dia sms aku kalau dia ada di luar negeri. Dan dia baik-baik saja sekarang"
Akhirnya sebagian terbongkar. Karena pengakit kankerku, aku pernah jatuh cinta pada seseorang. Namanya desi, tapi ku lupakan. Katena aku yakin tak bisa bertahan dengan semua ini.
" aku kangen sama indra." Kata Tian. Dasar anak kecil. Dia memang sangat manja sekali padaku. Kebiasaanya kalau ngambek ngak bisa lama.
" kamu ingat kan, waktu itu dia nemuin kita. Eh malah jadian. Haha. Indra. Indra. Eh kamu sms gih"
" iya bentar ya. Biar aku yang sms " ia menulis pesan padaku. ' kakak. Maaf ya. Aku terlalu emosi. Sekarang dafah udah dapat donor dan bisa ngeliat. Aku yakin kakak juga bisa sembuh kok ^^. I miss you kakak. Dafah, raysa, ibu sama ayah juga.' Begitulah isi smsnya.
Tiba-tiba saku raysa berbunyi. Ia mengeluarkan Handphone itu lalu menyerahkannya pada Tian.
"Ini apa maksudnya. Kenapa sms ku disini. Ini kan hp indra." Kata tian.
" dan kemarin dia katanya di luar negeri. Apa jangan jangan. Dia masih disini ?" Kata dafah.
" iya. Dia masih di kota ini. Selalu"
" kalau gitu suruh dia kesini sekarang" kata tian antusias.
" tidak. Bukankah waktu itu kau bilang kalau dia hanya pengganggu. Tidak berguna. Pembawa sial. Dan kau bilang tak ingin melihatnya lagi." Kata raysa dingin.
" tapi sekarang aku ingin dia melihatku lagi. Aku mau minta maaf. Aku mau liat wajah kakaku lagi Ray... Plis panggil dia."
" hiks hiks..." Air mata raysa mulai turun" aku mau panggil dia. Sangat. Tapi aku nggak bisa. Dia udah liat kamu kok tian." Kata raysa terus menangis. Membuat semua orang bingun. Raysa, jangan. Kumohon.
"Maksudmu ?" Wajah tian mulai pucat.
" ia dia melihat kita semua. Tatap mata dafah dan lihat apa yang kau dapatkan." Semua orang lalu menagap mata dafah. Lebih intens. Terlihat gumaman dari mereka semua ' tidak mungkin' " benar. Hanya indra yang memiliki bintik hitam di mata kanannya."
" APA MAKSUD SEMUA INI RAY. JAWAB. Jangan nangis aja ray. Kenapa mata indra bisa ada padaku ray." Kulihat dafah mulai meneteskan air mata kami. Ya. Akulah pendonor untuk dafah.
" 3 hari yang lalu. Indra meninggal. Aku yang selalu ke apartemennya untuk merawatnya. Saat ia sekarat. Ia hanya terus menyebut namaku, dafah, tian, ayah dan ibu. Hanya itu. Tak ada nama lain. Kankernya makin parah dan akhirnya meninggal. Dan tian. Meski kini kau ingin melihatnya, itu tak mungkin lagi." Katanya dengan air mata. Ingin ku rengkuh mereka dalampelukanku. " ini surat darinya."
Dafah lansung merebut dan embacanya.
To raysa.
Raysa, aku yakin waktuku tak lama lagi. Terimakasih atas semua kebaikanmu. Kamu adalah sahabatku. Kalian bertiga. Sampaikan terimakasihku pada Dafah, dan tian. Ibu dan ayah juga. Katakan aku tak akan bisa menemaninya nonton bola. Katakan pada mereka aku diluarnegeri untuk waktu yang lama.
Kalian semua adalah cahayaku. Ku hidup hanya untuk kalian. Aku tau. , tak selamanya kenyataan itu indah bukan. Hehe.
Ray, kutitipkan mobil dan apartemenku buat kamu ya...
Buat dafah, aku tak tau apa yang bisa ku beri padanya. Ah, kudengar kecelakaan itu membuatnya buta ya. Kalau begitu ku titipkan mataku untuknya ya. Agar aku tetap bisa melihat senyuman kalian dari sini. Suruh agar dia jaga baik-baik hehe.
Untuk adik kesayanganku. Kutitipkan sahabat baikku dafah ya. Katakan padanya agar tidak terlalu manja. Hehe. Dafah tidak akan sanggu sepertiku.
Terakhir, selamat jalan sahabat sahabatku. Tetaplah tersenyum KEEP SMILE FOR ME MY FRIENDS.
" ku temukan surat itu hikss ditangannya. Saat aku terbangun. Dan bersama itu dia telah pergi. Dia melarangku memberi tahu kalian. Maaf, dia memaksaku berjanji. ..... Besoknya kamu di operasi dafah." Kulihat raysa kembali menangis. Dafah ? Ku lihat bahkan dia tak mampu menopang tubuhnya. Pertama kali kulihat sahabatku ini rapuh. Sangat sedih. Air matanya mengalir deras. Ibu ? Dia bahkan pingsan di pelukan ayah. Ayahpun menangis. Tian ? Matanya memandang tanpa sorot yang jelas. Seperti terkena tekanan batin yang amat berat.
" antar aku ke makam kakak ku."
" bawa aku menemui sahabatku raysa. " tian dan dafah ingin melihat makamku rupanya.
" apakah kamu sudah siap" kata malaikat maut tiba-tiba muncul di belakangku. Kulihat ada lelhan air mata. Sungguh kah.
" mengapa ? Mengapa aku sedih melihat mereka. Sebegitu kehilangankah mereka. Aku tak sanggup" kataku pada malaikat maut.
" maaf. Itu diluar kuasaku. Anda adalah orang yang beruntung tuan indra. Banyak yang menyayangi anda. Apakah anda ingin ikut kemakam. ?"
" tidak ini sudah cukup. Aku benar. Ternyata mereka memang menyayangiku. Terimakasih untuk menerima permintaan bodohku untuk bersama mereka sebentar. Ayo, bawa aku"
Perlahan kulihat tubuhku menghilang. Terimakasih Tuhan. Kau beri aku harta yang tak ternilai. Meski bukan keluarga kandung. Tapi kau beri aku ayah dan ibu yang menyangiku. Adik yang sangat manja padaku. Saudara yang sangat menghargaiku. Dan saudari yang selalu menjagaku. Berikan kebahagiaan pada mereka Tuhan.
Selamat tingggal.
KEEP SMILE MY FRIEND
.....
End.
Thanks for reading
RnR please
Tidak ada komentar:
Posting Komentar