kursor

Guilmon - Digimon

Senin, 16 Februari 2015

Still In Love With You


Hari ini akhirnya tiba juga. Hari yang sangat tak kuharapkan datangnya. Ya, sekarang adalah hari pertama sekolah setelah libur selama 2 minggu. Well, kalau kalian memikirkan kata-kataku barusan, kalian pasti menganggap aku layakna pelajar kebanyakan yang membenci sekolah. Tapi tidak, aku adalah orang yang cukup menghargai pendidikan, otakku ya, bukannya sombong sih tapi bisa dibilang diatas rata-rata. So, buat apa aku harus berkeluh kesah karena hari pertama sekolah ? semuanya tak lain karena dia …
Sampai lupa, namaku Denny, umur 17 tahun. Aku bersekolah di sekolah paling popular di kotaku, istilahnya sih sekolah elit gitu. Mungkin agak terdengar narsis atau apalah, tapi aku memiliki penampilan yang rupawan atau bahkan kata orang tampan (kata temen-temen sih, aku menempati top 5 cowok terganteng disekolah. Tapi aku gak peduli.). apa lagi ditambah dengan warna mataku yang hitam kebiruan. Ditambah lagi dengan yang aku bilang tadi, otakku diatas rata-rata.
Pagi ini aku bangun sekitar pukul 04.30. aku menyempatkan diri untuk melakukan olahraga setiap paginya. Bangun pagi memang sudah menjadi hal yang biasa untukku. Dan stelah semua rutinitas pagiku, aku telah siap untuk berangkat ke sekolah. Kupacu motorku melalui kompleks perumahan elit tempat tinggalku. 06.15 akhirnya aku tiba di sekolah, mungkin terbilang cukup awal mengingat bel masuk pukul 07.30 tapi meski begitu bukan tidak banyak siswa-siswi yang sudah berada disini mendahuluiku.
Aku berjalan sambil membaca komik di koridor menuju kelasku. Saat melewati ruang kelas yang berada tepat dikelasku aku melihatnya sedang menggambar dalam kelas itu. Aku berpura –pura tak melihatnya seakan yang menjadi fokosku saat ini adalah komik ditanganku. Namun, tak dipungkiri jika sebenarnya pandanganku terus tertuju padanya. Aku melihatnya menatapku dengan pandangan yang tak bisa ku artikan, tapi tetap aku bersikap seakan tak melihatnya. Saat memasuki kelasku, aku lansung menaruh tas dibangkuku. Keremas rambutku, aku merasa sangat aneh sekarang, kenapa ia menatapku seperti itu, rasanya emosiku kembali menjalar di kepalaku. Inilah alasanya aku benci hari sekolah, karena aku tak ingin melihatnya. Lihat saja, baru melihatnya beberapa detik sudah membuatku seperti ini. aku pernah mencoba untuk pindah sekolah ke belanda, tapi ternyata bukan perkara yang mudah.
Namanya Yuna. Dia cantik, fasionable, stylenya menawan, kaya, dan lagi dia adalah cewek terpintar di angkatanku. Dulu ia adalah sahabatku. Ya, dulu. Meski terhitung singkat tapi kami pernah menjadi sahabat nya sangat baik. pertemuanku dengannya adalah saat kami masuk SMA dan ditempatkan di kelas yang sama. Saat itu aku datang pagi seperti sekarang, sudah kubilang, bangun pagi sudah menjadi kebiasaanku. Tapi tak kusangka ia lebih pagi dariku. Saat itu adalah hari kedua sekolah, karena hanya berdua dikelas, aku agak merasa canggung juga. Jadi kuputuskan untuk bersikap ramah dan menyapanya, ternyata ia sedang menggambar manga, hal yang menjadi hobbyku juga. Tapi kalau dibandingkan dengannya aku masih kalah. Dan karena hobby kami yang sama, entah bagaimana kami telah menjadi sahabat baik.
Kian lama kami bersama, dia sadar atau tidak persaan ini tumbuh begitu saja. Ya, aku menyukainya. Tidak. Aku mencintainya, tapi aku terlalu takut mengungkapkan perasaanku. Kika disinetron mereka takut mengungkapkan perasaan karena tak ingin hubungan mereka rusak, aku justru berbeda, aku siap merusak persahabatanku demi harapan ia akan menjadi kekasihku. Tapi aku tak berani mengungkapkanya karena memang aku nggak berani. Tak ada alasan lain, aku tidak berani.
Hari demi hari kami lalui dengan gembira, sampai kejadian itu. Kejadian semester 2. Kejadian yang membuat kami selama satu semester ini tak pernah bicara bahkan untuk bertegur sapa sekalipun.
FLASHBACK
Hari ini kuputuskan untuk menyatakan kperasaanku. Tapi aku tak bisa melakukanya dengan cara yang biasa. Aku tak akan berani mengakui itu dihadapanya. Jadi kuputuskan memberinya sebuah komik yang didalamnya sudah kuselipkan surat tentang perasaanku.
Malamnya aku terus berharap dia menelponku dan mengatakan “ya”. Karena pada surat itu aku mengatakan dia harus menelponku baik jika dia teriama ataupun menolakku.
DRRRTT…DRRTT YUNA calling
Ponselku berbunyi, cepat cepat kuangkat.
“ha… halo yun.” Ucapku gugup, wajarkan selama ini aku belum pernah nembak cewek.
“halo, den. Ini, masalah komik itu “ ucapnya pelan. Aku mulai takut akan keputusanya.
“iya, kamu udah baca ? jadi gimana” ucapku ragu.
“masalah itu, tapi janji kamu gak akan marah ya ?” ucapnya lagi. Aku semakin gugup
“iya, gak papa, aku udah siap kok.” Ucapku pasrah
“, soal itu aku minta maaf. Eh, tapi kita tetep bisa jadi temen kan ?” harapnku hancur.
“gak papa kok, bukan salah kamu.”
“bukan salah aku gimana, komik itukan mahal, tapi aku malah ceroboh masukin ke mesin cuci, jadi hancurkan komiknya. Bahkan satu tulisanpun taka da yang terbaca” ucapnya terdengar sedih. Aku lansung memutuskan sambungan HPku.
Jujur, aku kecewa. Bukan masalah komiknya. Tapi karena aku sudah tak tau bagaiman caraku mengungkapkan persaanku padanya. Ia mengSMSku beberapa kali dan mengatakan maaf, tapi tak kutau harus beraaksi seperti apa. Terlebih setelah jantungu hamper copot karenanya.
Kuputuskan untuk menghindar darinya untuk semenara. Tapi tak kusangka inilah yang membuat kami kian lama kian jauh. Aku tak pernah bisa bicara dengannya meski aku ingin. Egoku terlalu tinggi untuk mengajaknya bicara. Hingga kami naik kelas II. Kami sama sama mengambil jurusan bahasa. Tapi ternyata kami semakin jauh saja, dilihat dari kelas kami yang terpisah. Satu semester kulalui tanpanya, memang tak terlalu berbeda, tapi tetap saja ada yang terasa kosong. Karena itulah aku membenci hari sekolah, karena aku ingat bertapa bodohnya aku, bertapa egoku telah menghancurkanku.
FLASHBACK END
Arggh…
Tiap kali ku ingat kejadian itu aku merasa menjadi orang paling bodoh sedunia. Terang saja, hanya karena kekesalan sesaat, aku menjadi jauh dari orang yang kucintai. Anehnya aku tak pernah bisa melupakan perasaanku ataupun berpaling pada orang lain.
TING TING TING…
Bel istirahat berbunyi, ku putuskan untuk berjalan menuju ke taman belakang sekolah. Taman ini sebenarnya sangat indah dan tertata rapi. Namun entah mengapa sangat jarang ada yang berminat menghabiskan waktunya disini, terlihat dari sedikitnya jumlah siswa yang beristirahat disini.
Kududukan diriku diatas rumput sambil bersandar dipohon besar dibelakangku. Mulai kubuka komikku. Entah mengapa tiap aku berada disini aku selalu tenang. Rasanya semua bebanku hilang.
“HEY Den, Masih suka aja disini” kata seseorang yang kukenali bernama Joy membuyarkan lamunanku. Ia adalah salah satu teman baikku. “ngapain sih loe ?” lanjutnya.
“Ngak ngapa-ngapain, loe sendiri ngapain disini” tanyaku, karena tak biasanya anak ini mendatangiku disaat aku berada ditempat ini.
“ah… itu, ini.” ia lalu mengeluarkan sebuah buku tugas matematika. “ bantuin gue kerjain ini dong” ucapnya memelas.
“idih, kamu itu emang yah, tapi kok tumben nanya sama aku, biasanyakan sama yuna“ suaraku terdengar biasa tapi tak bisa kupungkiri kalau menyebut namanya membuatku kembali  mengingatnya.
Tiba-tiba raut wajahnya jadi aneh, aku agak cemas sekarang. “ tadinya sih gitu, tapi tadi pas minta bantuannya , dia lansung lari keluar. Katanya sih dia mau bantu aku, tapi setelah nemuin kamu. Katanya dia mau ngasih kamu sesuatu.” Ia berhenti sejenak sambil memasang raut wajah yang tampak seperti orang berpikir. Tapi, yuna ingin menemuiku, memberi sesuatu ? apa masudnya itu?. “ kamu liat darah ini gak, ?” kaatanya menunjuk lengan kanan seragamnya. Baru kusadari ternyata ada noda darah di sana. Perasaanku makin tak menentu sekarang. ”aku lalu ngejar dia, pas sampai ditangga, aku liat dia lari buru-buru banget padahal lantai tangganya kan licin karena baru di pel. Lalu di tergelincir dan jatuh.”
Deg …
“terus” ucapku tak bisa menyembunyikan raut khawatir di wajahku.
“keningnya berdarah, tak terlalu parah sih, tapi dia pingsan. Lalu kubawa ke UKS” Katanya lagi. “ oh iya, dulu kamu sempet pacaran sama dia kan ?”
“tidak” ucapku spontan. “ kami hanya berteman”.
“benarkah, kukira dulu kalian pacaran. Ya sudah, cepat bantu aku   kerjakan soal ini”
Akhirnya aku bantu joy menerjakan soal matematikanya. Terbilang cukup mudah untukku.
“kamu tidak mau menemui dia ? kayaknya tadi dia mau mengatakan sesuatu yang penting. paling tidak jenguklah dia, bagaimanapun juga secara tidak lansung kamu adalah penyebab kecelakaanya.” Kata-katanya sekarang mulai terdengar seperti orang yang sok bijaksana, meski kuakui itu semua benar.
Baik, aku akan menemuinya kali ini. tak akan kubiarkan egoku ini merusak hidupku untuk kedua kalinya. Aku berlari cepat menuju UKS, tak peduli berapa orang yang mendengus kesal karena kutabrak.
Aku tiba di UKS, kulihat tubuhnya terbarng di ranjang itu. Aku berjalan mendekatinya lalu kududukkan diriku pada kurasi disampingnya. Bel masuk sudah berbunyi, tapi aku enggan meninggalkan tempat ini. aku tak tau apakah aku bisa mengamatinya sedekat ini lagi ? terlebih lagi, aku tak akan mau meninggalkanya sendiri diruangan ini.
Perlahan kuliahat dia membuka matanya, ia sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. “Deny” gumamnya.
“eh, sudah sadar rupannya, tadi joy bialang kau mau mengatakan sesuatu jadi aku kesini.” Ucapku terdengar senormal mungkin.
“ini” ia mengulurkan sebuah komik yang mirip dengan yang kuberikan waktu itu. ”Den, maaf. aku tau kau marah karena aku merusak komikmu, jadi aku berusaha mencari komik yang sama tapi, aku tak pernah menemukan komik yang seperti itu. Baru minggu lalu ada teman facebookku yang mengatakan kalau dia punya komik ini, jadi aku harus menunggu buat dapa komik ini. kamu ngak marah lagi kan, jujur aku tak suka saat kamu benci sama aku, kita bisa jadi teman lagi kan ?” Astaga, anak ini. dia benar-benar polos, tanpa sadar mataku agak berkaca kaca mndengarnya.
Mungkin ini saatnya, sudah terlajur juga kan. Kambil komik itu dari tangannya. “maaf, sebenarnya aku tak pernah marah, jujur sebenarnya komik itu tak berarti apa-apa. Dulu dikomik itu kuselipkan sebuah surat yang isinya kalau “ aku menarik nafas dalam-dalam “ kalau aku suka sama kamu” aku menutup mataku menunggu reaksinya.
Aku merasakan dia menggengam tangan kananku, perlahan kubuka mataku dan melihat senyumnya. Senyuman yang amat kurindukan. Senyuman malaikat itu. Apa ini artinya ?
“jadi kamu ?“tanyaku ragu. Ia hanya mengangguk. Aku lansung melompat kegirangan layaknya anak kecil yang baru mendapat hadiah. Ya, hadiah yang sangat berharga. Aku tak tau harus bereaksi seperti apa? “sejak kapan ?” tanyaku lagi.
“emm, sejak kita study tour dulu. Tapi awalnya kukira itu Cuma perasaan sesaat” ia mulai memasang ekspresi berpikir sambil memanyunkan bibirnya, terlihat sangat lucu. “ tapi, saat kamu mualai nyuekin aku, rasanya sangat aneh. Sejak itu aku yakin kalau …” dia tidak melanjutkan kata-katanya, ia hanya menunduk malu. Tapi itu sudah cukup untukku.
Sejak itu kami kembali melalui hari-hari bersama, meski berbeda kelas tapi itu tak masalah. Kami terus saja menghabiskan waktu bersama. Tak kusangka semua ini terjadi padaku. Sekarang kami lalui hari demi hari sebagai seorang kekasih. malaikatku, malaikat polos yang baikhatiku. Sosok yang sempurnya untukku, Yuna ku.
Sekarang,5 tahun setelah peristiwa bersejarah dalam hidupku itu. Jika dulu  kami lalui hari sebagai sahabat, lalu sepasang kekasih. Hari ini semuanya berubah kembali, hari pernikahan ku dengannya. Selama lima tahun kami lalui bukan tanpa cobaan, tapi aku tak ingin larut dalam egoku pada tiap permasalahan. Disinilah aku sekarang. Menikah dengan kekasih pertama, sahabat, dan cintaku.
 Hidup ini penuh misteri, tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan takdir utuk kita. Jalan yang kita pilih menentukan bagaimana kita nanti. Keegoisan akan menjadi penghambat terbesar dari kebahagiaan. Saat kau mendekati keegoisan itu maka, kebahagiaan itu akan pergi. Tetaplah menjaga kepercayaan, karena jiwa dari cinta dan kebahagiaan adalah kepercayaan.

"jangan merasa memahami cinta, karena semakin anda mencoba untuk tau maka semakin anda tak tau apapun tentangnya"


END

2 komentar: